Ragu dengan Kemampuan Diri? Coba Kenali Ciri Imposter Syndrome

Setiap orang memiliki keahlian yang berbeda-beda. Hal ini membuat kita terlihat lebih menonjol jika dibandingkan dengan seseorang yang berbeda bidang keahliannya dengan kita, atau belum mencapai level yang kita pijaki saat ini.

Namun seringkali kita merasa tak layak untuk memiliki pencapaian tertentu atau bahkan sekadar diberi pujian atas keahlian kita. Hati-hati, jika benar seperti itu bisa jadi kamu mengidap imposter syndrome atau sindrom penipuan.

Imposter syndrome merupakan kondisi mental yang membuat seseorang merasa tidak pantas meraih kesuksesan atau pencapaian tertentu. Seorang imposter syndrome selalu meragukan kapasitasnya dan khawatir pada persepsi orang lain atas pencapaian yang diraih.

Meskipun bukan termasuk dalam golongan gangguan jiwa, namun seorang imposter syndrome biasanya juga memiliki gejala gangguan kecemasan dan depresi. Berikut tanda-tanda seseorang mengalami imposter syndrome.


1.  Cemas dengan apa yang telah dikerjakan

Rasa cemas berlebih akan muncul pada pengidap imposter syndrome setelah menyelesaikan pekerjaan. Ia akan berpikir bahwa dirinya kurang maksimal atau pun berpikir jika atasan akan mengharapkan sesuatu yang lebih

Rasa cemas yang dialami pengidap imposter syndrome dikarenakan dirinya menahan diri untuk mengeluarkan potensinya demi menghindari kesalahan. Apakah kamu juga selalu ragu dalam menyelesaikan pekerjaan?

2.  Menghindar dari tanggung jawab

Kecemasan yang ada pada seorang imposter syndrome membuatnya enggan mengambil tugas tambahan karena rasa takut tidak maksimal dalam menyelesaikan pekerjaan yang sedang dikerjaan. Ia akan selalu merasa dirinya tidak mampu berbuat lebih.

3.  Tidak percaya diri

Percaya diri merupakan salah satu akar kesuksesan. Namun seorang imposter syndrome yang seringkali meragukan kemampuannya. Padahal, hal ini menahannya dari kesuksesan yang seharusnya bisa ia raih.

Di sisi lain, jika mencapai kesuksesan, seorang imposter syndrome akan mempertanyakan kenapa seorang sepertinya bisa meraih pencapaian itu dan khawatir jika tidak bisa mempertahankan pencapaiannya tersebut.

4.  Menyangkal potensi yang dimiliki

Seorang imposter syndrome selalu merasa hasil jerih payahnya merupakan bagian dari kebetulan atau pun keberuntungan. Ia tidak bisa melihat bahwa pencapaian tersebut ia raih sebab kemampuan yang dimilikinya.

Seringkali pengidap bahkan merasa khawatir jika terungkap telah melakukan penipuan atau berbuat curang meskipun hal tersebut tidak sama sekali dilakukannya. Ini terjadi sepenuhnya hanya karena pengidap menyangkal kemampuan dan kecerdasan yang dimilikinya

5.  Penuh rasa tidak puas

Meski seorang imposter syndrome cenderung merasa tidak mampu untuk mengerjakan tugas tambahan, seringkali ia tidak merasa cukup tertantang dalam pekerjaannya. Hal ini membuat pengidap berakhir dengan tetap di zona nyaman.

Hal ini bisa diartikan bahwa sebenarnya seorang imposter syndrome memiliki keinginan yang kuat untuk berbuat lebih namun segalanya terhalang oleh rasa ragu atas potensi yang ada pada dirinya.


Selain ciri di atas, pakar menyatakan bahwa seorang perfeksionis lebih berkemungkinan mengalami imposter syndrome. Ini terjadi sebab seorang perfeksionis memiliki ekspektasi yang tinggi bahkan terhadap diri sendiri.

Mereka merasa harus mengerjakan segalanya seorang diri, dan jika kesalahan kecil terjadi, hal ini membuat seorang perfeksionis mempertanyakan kompetensi mereka dan hal ini merupakan pola yang pembentuk imposter syndrome.


Penyebab Imposter Syndrome

Seseorang tidak terlahir begitu saja melainkan terbentuk. Salah satu yang mendasarinya adalah pola asuh keluarga yang terlalu mengedepankan pencapaian intelektual tanpa mengajarkan kesuksesan juga dapat disertai dengan kegagalan.

Selain itu, pengalaman masa kecil yang tidak pernah merasa diapresiasi juga menjadi salah satu faktor terbentuknya seseorang mengidap imposter syndrome.

Jadi, apakah kamu seorang imposter syndrome?

Tinggalkan komentar

Semua komentar dimoderasi sebelum dipublikasikan